Renovasi Shelter Tunawisma oleh Peter Barber dengan Menggunakan Batu Bata dan Teknik Kolase

desain_shelter_tunawisma_4

Desain pusat penampungan tunawisma bergaya arsitektur Viktoria di London yang direnovasi dan diberi tambahan batu bata dan teknik kolase oleh arsitek Peter Barber.

Sebuah shelter dengan arsitetur gaya Victoria yang berlokasi di London telah selesai direnovasi oleh Peter Barber Architects, sebuah perusahaan arsitektur asal London. Bangunan ini menggunakan berbagai macam tipe batu bata yang disusun dengan baik agar bagian yang baru dibangun ini tampak menyatu dengan bagian bangunan sebelumnya yang lama.

Mount Pleasant: shelter untuk menampung tuna wisma

Peter Barber Architects menangani secara langsung proses renovasi dan ekstensi shelter yang dijuluki Mount Pleasant ini. Bangunan ini adalah pusat penampungan tuna wisma. Dengan proyek renovasi dan ekstensi pada shelter ini, diharapkan Mount Pleasant bisa menampung lebih banyak tuna wisma dan menghadirkan tempat tinggal yang lebih layak dan lebih baik bagi mereka. Adapun tampilan bangunan paska direnovasi terungkap lewat foto – foto di bawah ini karya fotografer Morley von Sternberg.

Bangunan asli yang lokasinya tak jauh dari sebuah jalan kecil Mount Pleasant. Secara hukum, bangunan ini sudah tercatat di lembaga otoritas lokal sebagai bangunan bersejarah karena usianya yang tua, tapi ada kemungkinan bangunan ini dipindahkan untuk menciptakan akses bagi fasilitas yang baru. Meski sudah tua, sang arsitek berpendapat agar bangunan ini tetap dipertahankan, namun dengan disesuaikan untuk memenuhi persyaratan bangunan modern.

desain_shelter_tunawisma_1

Desain Shelter Tunawisma – View 2

Merenovasi shelter yang sudah eksis berdiri lebih ramah lingkungan ketimbang merobohkan bangunan

Meskipun bangunan ini bukanlah sebuah maha karya yang luar biasa, bangunan ini adalah sebuah bangunan yang cukup baik dan kokoh dan cocok sebagai bangunan yang berada di tepian Mount Pleasant. Arsitek Peter Barber juga menambahkan bahwa merenovasi bangunan yang sudah eksis berdiri tentu lebih ramah lingkungan ketimbang merobohkan bangunan ini seluruhnya, lalu diganti dengan yang baru. Untuk alasan itulah, sang arsitek mempertimbangkan agar lebih baik mempertahankannya demi menjaga kondisi lingkungan sekitar.

desain_shelter_tunawisma_2

Desain Shelter Tunawisma – View 3

Denah bangunan yang lama berbentuk H, dengan dua halaman yang sempit dan termasuk sayap terpisah untuk pria dan wanita yang tidak lagi digunakan pada proyek yang baru. Arsitek dan timnya menghilangkan bagian tengah untuk menciptakan halaman tengah besar yang berfungsi sebagai area sirkulasi utama serta area bersosialisasi. Di sini, terdapat beberapa fasilitas umum, termasuk aula, ruang konseling, ruang mencuci dan dapur yang difungsikan bersama. Semua ruangan diposisikan di sekitar halaman di lantai dasar untuk memberikan kesempatan bagi para penghuni hostel dan staf pendamping mereka untuk bertemu, berkumpul, dan bercengkerama.

Ruangan – ruangan en suite tersebar di seluruh bangunan yang mengelilingi halaman, termasuk dua area tambahan baru di kedua ujung di mana terdapat ruang tamu yang difungsikan berbarengan, dapur dan ruang makan agar pengguna hostel menjadi lebih mandiri.

desain_shelter_tunawisma_3

Desain Shelter Tunawisma – View 4

Penambahan bangunan baru sepanjang plot yang menghadap ke jalan tepi turut mengembalikan dan mempertegas  kembali garis tepi teras yang sebelumnya berhadapan dengan jalur yang sempit. ,Gambaran ini mengacu pada denah bangunan yang dibuat sekitar abad ke-18.

Halaman yang nampak seperti ruangan, namun dengan suasana outdoor

Didirikan berdampingan dengan bangunan baru di ujung denah, struktur baru ini mampu mengisi kesenjangan dalam fasad sehingga kehadirannya mampu mengelilingi halaman secara utuh.  Struktur baru ini juga meniadakan bagian tengah dari hostel yang ada. Sang arsitek bersama timnya bekerja dengan menambahkan dua bangunan yang berdiri di kedua ujung untuk melengkapi tampilan halaman sehingga area ini nampak seperti ruangan, namun dengan suasana outdoor.

Agar struktur yang baru terhubung dengan bagian-bagian yang sudah ada dari hostel dan bangunan sekitarnya, termasuk sebuah blok mansion yang lokasinya berdekatan, sang arsitek memperkenalkan berbagai jenis batu-bata yang digabungkan dengan dinding bangunan yang asli.

desain_shelter_tunawisma_5

Desain Shelter Tunawisma – View 5

Join yang tidak merata mampu mempertegas titik-titik yang menonjolkan batu bata kuning untuk memberi kesan tradisional ala London. Sementara batu bata lain dengan warna yang lebih kalem digunakan untuk menyambungkan struktur-struktur baru dengan struktur lama agar keduanya bertemu. Adapun pada struktur yang lama, penggunaan batu bata merah dan coklat masih kental terlihat.

Kolase batu bata sebagai transisi yang apik antara unsur lama dan unsur baru

Sang arsitek mengungkapkan dirinya tertarik dengan kolase batu bata ini, sebagai transisi yang apik antara unsur lama dan unsur baru.  Ia juga tertarik dengan bangunan tua yang meskipun sudah direnovasi dan diberi sedikit tambahan, namun keberadaan struktur yang baru akan tersamarkan, sehingga seolah – olah bangunan tersebut tidak mengalami perubahan jika dilihat dari luar.

desain_shelter_tunawisma_6

Desain Shelter Tunawisma – View 6

desain_shelter_tunawisma_7

Desain Shelter Tunawisma – View 7

Fasad eksternal pada struktur tambahan yang baru di area bangunan yang berlokasi di Mount Pleasant ini mampu menghadirkan garis tepi dari batu bata sebagai dasarnya, yang semakin menunjukkan eksistensinya.

desain_shelter_tunawisma_4

Desain Shelter Tunawisma – View 8

Garis yang tidak teratur menyatu dengan material batu bata dengan render putih disusun pada permukaan yang menghadap bangunan lain di seberang jalan. Section berbentuk persegi dari batu bata menyerupai jendela ditambahkan untuk menambahkan detail visual.

(image source by: www.dezeen.com)

..

architectaria.com | Arsitek, Desain Interior, General Contractor

(Jika anda menganggap artikel ini bermanfaat, jika anda menikmati membaca artikel-artikel di web ini, anda dapat berlanggangan untuk membaca artikel ini melalui email. Silahkan klik DISINI jika anda ingin berlangganan membaca artikel dari architectaria.com melalui email).

No Comments Yet.

Leave a Comment