Karakteristik Arsitektur Bali – Sebuah Desain Arsitektur yang Merefleksikan Konsep Tri Loka
Mengenal konsep yang diadaptasi oleh arsitektur Bali serta unsur-unsur sakral yang selalu hadir dan menjadi karakter dari gaya arsitektur ini.
Bali, nampaknya pesona dari pulau ini masih tetap menyita perhatian orang-orang. Tak hanya dikagumi karena kecantikan pulau dan pantainya, Bali juga disukai para pelancong baik lokal maupun internasional karena seni dan tradisi yang sangat menonjol pada segala bidang. Hampir di setiap aspek kehidupan masyarakat dan tatanan sosial Bali, unsur seni dan tradisi ini selalu melekat. Mulai dari upacara, perayaan keagamaan, pakain-pakaian yang dikenakan, hingga gaya dan desain arsitektur di rumah dimana mereka tinggal. Semua aspek kehidupan bermasyarakat tersebut sangat kental dengan nuansa seni dan tradisi Bali.
Pada segi arsitekturnya, Bali memiliki suatu ciri khas yang berbeda dan kuat. Arsitektur Bali sangat digemari dimana-mana, hingga di mancanegara. Meskipun pada beberapa bagian masih terdapat unsur-unsur Hindu Jawa kuno, Bali tetap memiliki ciri khasnya tersendiri. Adapun contoh dari sebuah bangunan beraksitektur Bali ini bisa kita lihat pada artikel review beberapa waktu yang lalu tentang Villa Ashoka Canggu milik seorang wisatawan asal Hongkong yang didirikan di Bali. Unsur-unsur Bali yang sangat kental terlihat disitu adalah keberadaan patung Bali. Unsur-unsur seperti inilah yang membedakan gaya arsitektur Bali dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Ingin tahu unsur-unsur apa sajakah itu yang menjadikan ciri khas arsitektur Bali? simak penjelasan di bawah ini.
1. Adanya Pura / kuil umat Hindu
Kedatangan agama Hindu di pulau Bali memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama pada gaya arsitekturnya. Arsitektur Bali secara umum didominasi pengaruh dari Hindu sejak kedatangan Majapahit ke pulau ini pada sekitar abad 15. Kedatangan Majapahit ini juga meninggalkan kebudayaan berupa teknik pahatan untuk batu yang kemudian difungsikan sebagai patung atau Pura. Karya-karya pahatan dari batu tersebut kemudian menjadi salah satu benda yang diletakkan di luar rumah. Seiring dengan berkembangnya jaman, kehadiran patung dan Pura kecil begitu melekat dan identik dengan gaya arsitektur Bali, sehingga tak lengkap rasanya bila kita ingin mendesain rumah kita dengan arsitektur Bali tanpa kehadiran salah satu dari 2 hal tersebut.
Pada agama Hindu sendiri terdapat konsep “Tri loka”, yakni pemisahan eksistensi antara alam para Dewa, alam manusia, dan alam iblis/roh jahat. Konsep ini kemudian direfleksikan dari bentuk Pura Balinya dan menjadikan Pura ini sedikit berbeda dengan Pura yang ada di India, negara dimana agama ini berasal. Mayoritas Pura di Bali didesain dengan 3 tingkatan, dimana tingkat tertinggi merepresentasikan tingkat kesakralan dan pemujaan untuk Dewa-Dewa atau Sang Hyang Widi.
Desain Arsitektur Bergaya Bali – Pura
2. Mendapat pengaruh dari Unsur-Unsur Kebudayaan Polinesia
Polinesia atau pemujaan kepada banyak dewa merupakan kebudayaan awal yang yang eksis di pulai Bali sebelum kedatangan Hindu ke pulau tersebut. Maka dari itu, di beberapa gaya arsitekturnya masih dapat kita temui unsur-unsur kebudayaan ini. Orang-orang Bali kerap membangun Pura atau rumah mereka dengan konsep terbuka, terutama untuk hal-hal yang bersifat peribadatan/pemujaan kepada dewa-dewa. Bahkan, kita sering meilhat dalam satu kompleks Pura terdapat lebih dari satu Pura dimana masing-masing Pura digunakan untuk memuja Dewa yang berbeda.
Untuk bangunan-bangunan yang tidak didesain untuk kegiatan pemujaan, bangunan tersebut kebanyakan dibuat dari bambu dan material lain yang kental akan nuansa alaminya, seperti batuan-batuan alam.
3. Berorientasi pada hal-hal yang bernuansa sakral
Gaya arsitektur Bali yang asli tidak dibuat dengan sembarangan, melainkan dengan konsep dan perhitungan yang matang dan merepresentasikan kesakralan. Tak hanya pada bangunan Pura atau rumah-rumah pribadi, bangunan-bangunan kecil juga kerap didesain dengan mempertimbangkan konsep ini. Bahkan, terdapat salah satu manuskrip Hindu yang dijadikan pedoman dalam membangun rumah. Manuskrip tersebut berjudul “Lontar Asta Kosala Kosali”, disini terdapat gambaran mengenai orientasi dan lay out dari sebuah bangunan yang ideal. Manuskrip lain yang juga banyak memberikan pengaruh pada arsitektur Bali adalah Lontar Asta Bumi, Lontar Asta Dewa, Lontar Wisma Karma dan Lontar Dewa Tattwa. Meskipun terdapat banyak sumber, secara umum arsitektur Bali masih tetap mengadopsi konsep Tri loka, dimana alam manusia berada di tengah antara alam Dewa – Dewa dengan alam iblis atau roh jahat.
Desain Arsitektur Bergaya Bali – Villa
4. Struktur Rumah Tradisional Bali
Seperti yang sering kita lihat di beberapa media, rumah-rumah di Bali cenderung memiliki struktur yang kompleks namun tertata rapi. Rumah-rumah beraksitektur tradisional Bali tak hanya terdiri atas satu unit stuktur, tapi lebih mengarah ke sekumpulan bangunan-bangunan dimana setiap bangunan dihuni satu kepala keluarga. Biasanya, mereka yang tinggal di kompleks ini merupakan keluarga besar dan berasal dari keturunan yang sama. Di sekeliling kompleks bangunan ini dibangun tembok yang tak terlalu tinggi, namun cukup memisahkannya dengan dunia luar.
Pada komplek bangunan ini terdapat satu Pura untuk sembahyang, dapur yang digunakan untuk bersama, area untuk tidur, serta area untuk pertemuan penting/perjamuan. Untuk tujuan itu, biasanya pada kompleks bangunan ini dibangun 2 macam, yakni paviliun untuk menerima tamu serta paviliun khusus untuk upacara adat dan ritual keagamaan.
..
Architectaria – Arsitek dan Perencana
(Jika anda menganggap artikel ini bermanfaat, jika anda menikmati membaca artikel-artikel di web ini, anda dapat berlanggangan untuk membaca artikel ini melalui email. Silahkan klik DISINI jika anda ingin berlangganan membaca artikel dari architectaria.com melalui email).
Design rumah bali sangat inspirasi good post:)
Mantap gan !!!! pingin lanjutin s2 arsitektur nih…
nice article, keep going! please visits ours https://jasaarsitekmalang.net/