Ingin Menjadikan Rumah Sebagai Investasi? Jangan Lakukan Renovasi Seperti ini!
Perubahan dan renovasi rumah yang sebaiknya tidak dilakukan agar Anda tidak merugi dalam berinvestasi rumah.
Rumah tak hanya bisa dijadikan sebagai tempat tinggal untuk membangun sebuah keluarga. Saat ini, rumah dipandang sebagai salah satu properti yang potensial untuk investasi. Hal ini mengingat harga rumah yang terus naik dikarenakan kebutuhan rumah yang terus meningkat. Dalam melihat potensi ini, beberapa investor memanfaatkannya dengan membeli rumah yang ditujukan khusus untuk tujuan investasi.
Tidak puas dengan rumah yang baru dibeli, para pemilik rumah kemudian melakukan beberapa renovasi / remodelling pada beberapa fitur – fitur arsitektural pada rumah. Mereka berharap, dengan melakukan remodelling tersebut, kelak akan menambah nilai jual rumah tersebut. Sayangnya, tak semua proses remodelling menuntungkan. Bahkan, kadang kita melakukan renovasi / remodelling yang sebetulnya tidak signifikan, namun hanya karena keinginan kita sendiri. Akibatnya, harga jual / sewa tersebut kurang bisa menutup harga rumah + remodellingnya.
Bahkan, kadang proses remodelling justru akan membuat rumah sulit untuk terjual. Akibatnya, pemilik rumah bisa mengalami kerugian. Atau kalaupun mendapatkan keuntungan, tentunya keuntungan yang didapat menjadi berkurang karena terpotong biaya remodelling.
Namun, kadang remodelling rumah bisa meningkatkan nilai jual rumah. Kuncinya, kita perlu melihat potensi rumah kita serta potensi calon pembeli. Agar Anda tak salah dalam melakukan remodelling, perhatikan hal – hal yang tak boleh dilakukan berikut ini.
1. Menambah jumlah kamar tidur di dalam ruangan tanpa memperhatikan floor plan
Beberapa orang berpendapat bahwa rumah dengan jumlah kamar tidur yang banyak akan meningkatkan harga jualnya, karena pembeli tentu sangat mempertimbangkan ketersediaan kamar tidur yang cukup, terutama untuk mereka yang memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup banyak. Melihat adanya peluang ini, para investor kemudian menambah kamar dalam ruangan, namun lupa untuk memperhatikan floor plan semula. Sehingga, kadang proses penambahan kamar ini menjadikan rumah nampak seperti shortgun house, yakni sebuah rumah yang memiliki satu ruangan untuk mencapai ruangan lain dan tidak adanya koridor (hallways) yang menjadi pemisah antar ruang.
Dengan kata lain, jika Anda ingin pergi ke suatu ruangan, Anda mesti masuk melewati beberapa ruangan. Beberapa orang menghindari konsep ruangan seperti ini. Untuk itu, Anda harus berhati – hati sebelum menerapkan konsep ini, apakah nantinya bisa diterima oleh calon pembeli atau tidak.
2. Melakukan remodelling tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar
Sebuah desain rumah yang baik tidak hanya harus indah atau megah, tapi juga berkomplemen dengan lingkungan sekitar. Jika tidak, rumah kita akan terlihat ‘aneh’ dan terlalu ‘menonjol’. Begitu juga dalam melakukan remodelling, kita mesti melihat kesesuaiannya dengan lingkungan sekitar serta dengan melihat tetangga di kanan kiri kita. Jangan sampai remodelling yang kita lakukan membuat rumah kita terlalu ‘berbeda’ yang cukup mencolok.
Selain mempertimbangkan desain, luas rumah juga menjadi bahan yang patut di pertimbangkan. Sebab, bangunan yang luas tidak selalu lebih baik dan mampu menarik minat pembeli. Dengan kata lain, “Bigger isn’t always better”. Terlebih bila target pasar Anda adalah kalangan menengah yang tinggal di wilayah urban. Kebanyakan, mereka memilih rumah yang tak terlalu besar agar lebih mudah diatur dan dibersihkan.
3. Terlalu fokus pada hal – hal yang dekoratif dan mengesampingkan renovasi yang vital
Dalam merenovasi rumah, kadang orang hanya memperhatikan tampilan rumah yang dibuat semegah dan semenarik mungkin agar pembeli menjadi terkesima. Mereka menambahkan ornamen atau atribut baru atau mengecat dengan warna yang fresh. Namun saking fokusnya pada tampilan dekoratifnya saja, kita jadi melupakan hal – hal penting yang harus diperbaiki, misalnya langit – langit yang bocor, lantai yang retak, home appliances yang tidak berfungsi, dan sebagainya.
Padahal, aspek – aspek kecil tersebut meskipun kadang tidak terlihat, tapi bisa menjadi salah satu pertimbangan pembeli dalam memutuskan apakah akan membeli rumah itu atau tidak. Maka, diusahakan sebelum berfokus pada aspek dekoratif, usahakan agar mendahulukan renovasi yang berkaitan dengan aspek penting di rumah.
Dapur, Salah Satu Objek Renovasi Vital di Rumah
4. Tidak proporsional / tidak bijak dalam menempatkan furnitur
Beberapa rumah dijual beserta kelengkapan furnitur di dalamnya. Pastikan agar furnitur atau home appliances yang Anda tempatkan di sebuah ruangan cukup rasional dan sesuai dengan dimensi ruangan, jangan karena adanya dorongan untuk membuat pembeli terkesan dengan meletakkan furnitur yang dipaksakan. Misalnya, Anda meletakkan pulau dapur (kitchen island) di sebuah dapur yang sebenarnya tak terlalu luas. Akibatnya, keberadaan pulau dapur ini hanya akan menghambat mobilisasi di tempat tersebut.
5. Melakukan renovasi / remodelling tanpa adanya perijinan dari lembaga yang terkait
Kadang ketika kita ingin merenovasi atau remodelling rumah, diperlukan perijinan dari dinas atau lembaga terkait, terutama jika remodelling yang kita lakukan berupa penambahan ruangan yang mengakibatkan luas bangunan rumah lebih besar dari yang tertera pada IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Namun, kadang perijinan ini cukup sulit atau memerlukan proses berbelit – belit, sehingga kita malas melakukannya.
Padahal jika kelak kita ingin menjadikan rumah tersebut investasi yang layak jual, maka segala perijinan dan surat – surat penting mesti dilengkapi dan sesuai dengan yang ada di lapangan. Surat – surat yang lengkap dan sesuai akan membuat calon pembeli yakin dengan pilihannya.
Selamat mencoba 🙂
..
architectaria.com | Arsitek, Desain Interior, General Contractor
(Jika anda menganggap artikel ini bermanfaat, jika anda menikmati membaca artikel-artikel di web ini, anda dapat berlanggangan untuk membaca artikel ini melalui email. Silahkan klik DISINI jika anda ingin berlangganan membaca artikel dari architectaria.com melalui email).