Desain bangunan Cultural Centre Elisabeth and Helmuth Uhl foundation oleh Modostudio
Sebuah desain arsitektur bangunan cultural centre/pusat studi dengan atap sirap yang menawarkan pemandangan pegunungan yang spektakuler.
Studio arsitektur asal Italia Modostudio baru saja menyelesaikan sebuah bangunan dengan shingle-clad yang menampilkan pemandangan pegunungan yang luar biasa. Bangunan ini dibangun untuk mengakomodasi kegiatan Yayasan seni dan ilmu pengetahuan swasta yang berlokasi di Bolzano, Italia bagian utara. Keindahan bangunan ini bisa dinikmati melalui gambar hasil bidikan kamera fotografer Laura Egger.
Informasi sekilas tentang Cultural Centre Elisabeth and Helmuth Uhl foundation
Lokasi : Laives – Italy
Klien : Elisabeth and Helmut Uhl Stiftung
GFA Area : 1.450 meter persegi
Tim arsitek : Fabio Cibinel, Roberto Laurenti, Giorgio Martocchia
Konsultan struktural : Ing. Gilberto Sarti
Konsultan mekanis : p.i. Thomas Dissertori, Arch. Alberto Micheletti
Manager area : Arch. Marco De Fonzo
Kontraktor : Kargruber-Stoll GmbH
Struktur baja : Premetal Spa
Pemasangan Struktur dan lantai kayu : Thoma Holz GmbH
Otomatisasi khusus : Meccatronica D.B.D. srl
Ruang makan yang dilengkapi shingle-clad
Bangunan ini menjadi basecamp baru bagi Elisabeth dan Helmut Uhl Foundation, yang bertujuan untuk mendorong inovasi dalam masyarakat dengan memungkinkan jaringan antara seniman, ilmuwan dan budaya yang berbeda.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 2
Di lantai atas cultural centre ini, bentuk – bentuk gerigi menjadi fitur utamanya, dilengkapi dengan ruang makan yang dilengkapi shingle-clad, rumah kaca dan sebuah teras yang menjorok ke samping. Di bawahnya, terdapat ruangan bertingkat dua yang lebih tradisional yang diperuntukkan sebagai kamar tidur dan ruang rapat.
Tempat bagi orang-orang dari berbagai disiplin ilmu untuk bertukar ide
Sang arsitek, Giorgio Martocchia berujar bahwa tujuan dari proyek ini adalah untuk menciptakan sebuah tempat di mana orang-orang dari berbagai disiplin ilmu, seperti insinyur hingga botanis, dapat bertukar ide. Di tempat ini, tidak ada area konferensi atau mimbar pidato. Yang ada hanyalah sebuah ruangan yang besar di mana semua orang dapat makan dan minum dan berdiskusi dengan bebas, dan di sebelahnya terdapat kamar-kamar di mana mereka dapat beristirahat dan tidur tanpa terganggu dengan aktifitas yang ada di area yang besar.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 3
Pemandangan luar bisa dinikmati dari pusat gedung
Sebuah tangga membagi pusat bangunan ke dalam dua bagian yang memungkinkan pengunjung menikmati pemandangan lanskap sekitarnya melalui kaca yang besar. Dengan demikian, pengunjung tetap bisa menikmati pemandangan luar meski berada di pusat bagian dalam gedung.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 4
Saat menuruni tangga, kita bisa melihat langsung pada bagian bawah lembah, dan jika kita melihat ke belakang, akan nampak puncak gunung yang dibingkai oleh skylight yang besar. Hal ini menjadikan bangunan ini berada di tengah – tengah sebuah mahakarya alam.
Menggunakan kembali lantai kayu lama yang usianya 200 tahun
Bangunan ini sebelumnya merupakan sebuah gudang beserta sebuah rumah. Beberapa bagian pada bangunan ini memanfaatkan kembali bahan atau material dari bangunan yang sebelumnya. Yang paling menarik, bangunan ini juga mengaplikasikan lantai kayu yang usianya sudah 200 tahun.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 5
Sang arsitek berujar bahwa ia dan timnya ingin menempati posisi yang sama persis dengan bangunan sebelumnya guna mengurangi penggunaan setiap jengkal area lahan yang baru, serta untuk menjaga memori yang telah ada dan tersimpan pada bangunan yang sebelumnya.
Larch shingles yang ada di lantai atas dan area batuan pada level bawah memungkinkan adanya adaptasi bangunan ini yang merujuk pada gaya arsitektur lokal.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 6
Martocchia, arsitek pada bangunan ini, sangat menyukai desain atap dengan sirap – sirap karena hal ini memungkinkan seseorang merasakan feeling atau sense pada sebuah bangunan. Penggunaan sirap atau shingles banyak disukai karena warnanya akan berubah/memudar seiring berjalannya waktu. Sirap ini juga dibuat dan dipotong tangan secara manual, menjadikan serat-serat kayu terlihat tetap utuh.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 7
Level – level yang lebih rendah yang dibangun dari struktural panel menggunakan kayu Thoma, yakni kayu yang sangat kuat, bebas dari lem dan bahan kimia pada pemasangannya. Air yang digunakan untuk underfloor heating diambil dari mata air setempat. Panas yang dihasilkan dari rumah kaca juga dapat dialirkan ke seluruh gedung selama musim dingin untuk menciptakan nuansa hangat.
Sekilas tentang Modostudio
Modostudio merupakan studio arsitektur yang memenangkan kompetisi desain untuk pondasi bangunan ini. Perubahan – perubahan pada konsep desain termasuk dinding eksterior, yang awalnya dirancang sepenuhnya dari material batu, kini sebagiannya tertutupi di plester.
Sang arsitek mengungkapkan bahwa bangunan yang terbuat dari material batu tidak begitu umum di daerah di mana bangunan pusat studi ini didirikan. Bangunan yang banyak mengelaborasi penggunaan batuan alam rata – rata adalah bangunan gereja atau kastil. Maka dari itu, ia dan timnya menggabungkan penggunaan material lain yang lebih membumi, seperti plester, yang sudah umum dan sering digunakan untuk rumah-rumah pedesaan.
Desain Arsitektur Cultural Centre – View 8
Jendela lipat yang besar di depan lantai atas juga dilepaskan demi mewujudkan shutter yang lebih kecil. Desainer dan timnya mengubah bukaan, sehingga bentuk realisasinya agak sedikit berbeda dari rancangan yang ada di proposal. Sebab, mereka takut jendela ini akan terlalu besar dan menyulitkan sistem mekanis. Saat ini, telah ada panel jendela yang bisa kontrol untuk mengoperasikan sliding shutter, sehingga mereka bisa dioperasikan bersama-sama atau sendiri – sendiri.
(image source by: www.dezeen.com)
..
architectaria.com | Arsitek, Desain Interior, General Contractor
(Jika anda menganggap artikel ini bermanfaat, jika anda menikmati membaca artikel-artikel di web ini, anda dapat berlanggangan untuk membaca artikel ini melalui email. Silahkan klik DISINI jika anda ingin berlangganan membaca artikel dari architectaria.com melalui email).