Skylight, Fitur Pemberi Cahaya Ekstra pada Interior
Mengenal lebih dekat dengan skylight, tipe, material, proses instalasi, serta level / rating kualitasnya.
Kadang, bagi Anda yang memiliki rumah dengan ukuran cukup besar, Anda mesti menyalakan lampu di siang hari. Alasannya jelas, rumah yang terlalu besar dan luas serta minim bukaan menjadikan area dalam rumah terkesan suram dan gelap. Tak ayal, pencahayaan tambahan dari lampu pun diperlukan agar ruangan tetap terang.
Namun kini, ada cara lain untuk membuat area dalam rumah Anda terang di siang hari meski tanpa pencahayaan. Salah satunya yakni melalui instalasi skylight. Skylight merupakan fitur pada rumah yang biasanya terpasang di langit – langit dan langsung berhubungan dengan area luar, sehingga memungkinkan cahaya matahari untuk bisa menembusnya. Skylight biasanya terbuat dari bahan yang tembus pandang. Bahkan kini, skylight telah dibuat dari bahan yang lebih kuat yang tahan perubahan iklim dan cuaca. Tak hanya itu, teknologi skylight yang terbaru juga mampu meminimalisir kebocoran.
Sekilas, skylight ini memang nampak tak jauh beda dari jendela, yakni sebagai media yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Tetapi, skylight ini menawarkan keunikan sendiri, di mana cahaya matahari yang kita peroleh akan fokus, langsung dari atas ke bawah, sehingga memungkinkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan menjadi lebih maksimal.
Ingin tahu hal – hal lain seputar skylight ini? Atau, Anda tertarik untuk mengaplikasikannya pada rumah Anda? Simak penjabarannya di bawah ini
1. Tipe – tipe Skylight
Tipe skylight yang paling banyak diinstal di rumah – rumah di masa sekarang ini adalah curbed-mounted skylight dan frame-in-place skylight. Curb-mounted skylights terpasang di dalam frame kayu yang khusus untuk tipe skylight yang memiliki bukaan (skylight opening). Tipe ini memiliki spesial flashing yang memungkinkan bukaan pada skylight ini resisten terhadap rembesan air dari luar / air hujan. Curbed-mounted skylight biasa terpasang tepat di atas roof line, namun bagian flashingnya tetap terintegrasi dengan kerangka pada atap.
Sementara frame-in-place skylight memiliki bukaan yang sama rata dengan roof line. Skylight tipe ini terpasang di dalam frame. Flashingnya ditempatkan bersamaan dengan instalasi skylight ini, serta frame nya terintegrasi dengan kerangka atap untuk mencegah agar air hujan tidak merembes masuk ke dalam bangunan.
Kaca Sebagai Material Utama Skylights
2. Material Skylight
Berbeda dengan skylight jaman dahulu, skylight kini dibuat dengan material yang ringan namun tetap kuat. Bahan yang ringan ini membuat atap tidak terbebani yang bisa mengakibatkan keretakan. Bahan seperti plastik akrilik sangat diminati dan begitu populer sebagai material untuk skylight. Sementara itu, plastik Polykarbonat juga banyak dijadikan pilihan mengingat bahan ini 200 kali lipat lebih kuat dibandingkan kaca biasa.
Untuk atap yang berupa dome atau kubah, bahan plastik memang yang paling tepat karena bahan ini mudah dibentuk menyerupai framenya. Bahkan tak jarang, beberapa skylight sudah dijual dalam bentuk kubah – kubah dan siap untuk diaplikasikan pada atap dengan bentuk serupa. Selain itu, skylight tipe ini juga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan iklim serta cuaca ketimbang skylight pada atap yang datar.
3. Komponen Instalasi
Dalam memasang skylight, ada 3 komponen yang mesti diperhatikan. Langkah pertama adalah dengan membuat lubang tepat di tengah atap atau di pusat bangunan. Kemudian, pasangkan bukaan pada langit – langit rumah yang terintegrasi dan berada tepat di bawah atap yang akan dipasangi skylight. Anda perlu menginstal built in-frame pada persilangan yang ada di langit – langit untuk membuat bukaan ini. Yang terakhir, Anda perlu memasangan light shaft (semacam lubang cahaya) yang bisa menghubungkan atap dengan langit – langit. Dalam tahap finishing, Anda mesti memasang penyekat di area loteng serta menutupi lubang cahaya tersebut dengan drywall atau material lain yang biasa digunakan sebagai finishing.
4. Level Kualitas Skylight
Di luar negeri, pemasangan skylight ini membutuhkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang, seperti The National Fenestration Rating Council. Lembaga ini mengukur U-factor, atau kadar panas yang hilang pada setiap skylight. Semakin rendah U-factor, maka semakin rendah panas yang hilang dari instalasi skylight ini.
Selain U-factor, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah Solar Heat Gain Coefficient, atau SHGC. Indikator ini digunakan untuk mengukur seberapa besar panas yang dihasilkan dari keberadaan skylight ini. Semakin tinggi indeks SHGC, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Indikator ini bisa menjadi acuan bagi Anda yang tinggal di daerah yang cukup panas seperti di Indonesia. Dengan demikian, Anda bisa memilih skylight dengan indeks SHGC yang rendah.
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kualitas skylight ini adalah visible transmittance. Semakin tinggi nilainya, maka semakin besar intensitas cahaya matahari yang melampaui skylight ini untuk masuk ke dalam rumah. Untuk itu, dalam memilih jenis skylight kita mesti mempertimbangkan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan di tempat di mana kita tinggal.
Selamat mencoba 🙂
..
Architectaria – Arsitek dan Perencana
(Jika anda menganggap artikel ini bermanfaat, jika anda menikmati membaca artikel-artikel di web ini, anda dapat berlanggangan untuk membaca artikel ini melalui email. Silahkan klik DISINI jika anda ingin berlangganan membaca artikel dari architectaria.com melalui email).